Stress selama kehamilan dapat memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan janin, termasuk meningkatkan risiko epilepsi pada anak. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Aarhus di Denmark menemukan bahwa wanita yang mengalami tingkat stres yang tinggi selama kehamilan memiliki dua kali lipat risiko melahirkan anak dengan epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh serangan epilepsi yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga. Penyebab pasti epilepsi masih belum diketahui, namun faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan dalam perkembangannya. Stress selama kehamilan telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak.
Studi tersebut melibatkan lebih dari 100.000 ibu hamil dan anak-anak mereka di Denmark. Para peneliti mengumpulkan data tentang tingkat stres ibu selama kehamilan dari kuesioner yang diisi oleh ibu pada trimester pertama kehamilan. Mereka kemudian memantau perkembangan anak-anak tersebut selama beberapa tahun untuk melihat apakah mereka mengembangkan epilepsi.
Hasil studi menunjukkan bahwa wanita yang mengalami tingkat stres yang tinggi selama kehamilan memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan epilepsi dibandingkan dengan wanita yang mengalami tingkat stres yang rendah. Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat stres ibu pada trimester pertama kehamilan memiliki dampak yang lebih besar daripada stres pada trimester selanjutnya.
Stress selama kehamilan diyakini dapat mempengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko gangguan neurologis seperti epilepsi. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik selama kehamilan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres selama kehamilan antara lain adalah dengan berolahraga secara teratur, bermeditasi, beristirahat yang cukup, dan mendapatkan dukungan sosial yang mencukupi.
Selain itu, penting juga bagi calon ibu untuk menjaga pola makan yang sehat, menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, serta rutin memeriksakan kehamilan ke dokter. Dengan menjaga kesehatan fisik dan mental selama kehamilan, diharapkan risiko komplikasi kesehatan pada janin dapat diminimalkan, termasuk risiko epilepsi pada anak.